Wednesday, February 17, 2021

Teknologi Perasaan

0 comments

Siang itu Pranaja berjalan keluar dari gedung tinggi tempat dia bereksperimen dengan beragam teknologi canggih. Dia berjalan melewati trotoar otomatis ke arah stasiun terdekat. Trotoar yang dia lewati adalah jalan protokol yang memiliki teknologi canggih yang dibuat oleh Pranaja bersama timnya. Atap di atas jalan protokol tersebut dapat otomatis terbuka saat tetes hujan turun atau butir salju mulai berjatuhan. Jalanan di protokol mulai ramai, banyak orang keluar gedung melewati jalanan protokol menuju kedai-kedai makanan di seberang jalan. 

Di stasiun Acturus suasana tidak seramai seperti pada pagi hari ataupun sore hari. Orang-orang yang berpergian pada siang hari lebih didominasi oleh para traveler yang ingin menikmati teknologi canggih kota Harsa. Jalanan di kota Harsa lebih didominasi oleh kendaraan umum yang super canggih. Tidak ada kemudi di setiap kendaraan umum, setiap kendaraan umum di kendalikan melalui layar pintar di setiap beberapa pemberhentian. Kota Harsa adalah salah satu kota dengan teknologi paling mutakhir di negara Hiranya. Kota Harsa merupakan kota dengan sebagian besar wilayahnya adalah area bisnis dan pendidikan. Kota ini seakan tidak pernah tertinggal akan teknologinya. 

Pranaja berjalan menuju pintu masuk area stasiun. Dia menghadapkan wajahnya pada layar sensor dan menekan kode rahasia pada telepon genggamnya sebagai tanda konfirmasi perjalanan yang akan dia lakukan dan pintu masuk pun terbuka. Di area stasiun tidak ada penjaga stasiun, semua pelayanan di stasiun dikerjakan oleh teknologi dan hanya ada beberapa robot berdiri di pojok stasiun. Sistem tiket di stasiun hanya menggunakan sensor wajah dan konfirmasi pada telepon genggam penumpang. Salah satu teknologi canggih kebanggaan kota Harsa. 

Siang itu Pranaja ingin pergi ke sebuah kedai di dekat stasiun Altair kota Harsa. Kereta yang akan dinaiki Pranaja pun tiba. Pintu kereta membuka otomatis selama satu menit. Para penumpang yang akan keluar harus melalui pintu kiri dan penumpang yang akan masuk melalui pintu kanan. Begitulah salah satu sistem kereta bekerja, menjadi suasana keluar masuk penumpang tetap terlihat rapi. Di dalam kereta suasana begitu bersih dan tenang serta penumpang terlihat tertib mematuhi peraturan di dalam kereta. Kereta itu berjalan tanpa pengemudi semuanya di atur dan dikendalikan lewat layar monitor yang ada di stasiun. Kecepatan kereta ini adalah sangat cepat yaitu sekitar 385 km/perjam.  

Pranaja sampai di stasiun Altair setelah sepuluh menit di dalam kereta. Dia berjalan cepat sambil sesekali melihat telepon genggamnya. Waktunya mendesak, namun dia tidak ada pilihan waktu lagi. Hari-harinya ke depan akan semakin sibuk dengan pekerjaan besarnya. Dia bersama timnya sedang merakit teknologi untuk membangkitkan salah satu kota yang hampir mati karena terjadi badai salju di sana. Badai salju di sana membuat penduduk enggan untuk tinggal di sana. Penduduk memilih pindah ke Kota    Patangga,  wilayah pertanian dan peternakan terbesar di negara Hiranya. 

Di pojok kedai, seorang perempuan cantik sudah menunggu Pranaja. Raut wajahnya menggambarkan hati yang sedang kelabu. Pranaja menghampiri wanita itu, dia memasang wajah tenang. Pranaja mulai menyentuh satu tombol yang ada di samping meja untuk kemudiam menscan sidik jarinya. Meja itu seketika berubah menjadi layar bergambar dengan beragam menu kedai. Pranaja mulai memilih beberapa menu makanan dan menawarkan makanan kepada wanita yang duduk di depannya. Wanita itu mengangguk pada satu tawaran minuman yang segar dan menggeleng untuk beberapa makanan yang ditawarkan. Pranaja hanya diam sambil memerhatikan raut wajah Elaksi yang dipenuhi oleh lelah dan gelisah.  

Pagi tadi Elakshi menghubungi Pranaja untuk meminta bertemu sebentar saja di kedai stasiun Altair. Elakshi ingin bercerita hubungannya dengan Sadu yang menemui titik buntu. Orang tua Elakstidak merestui hubungan Elakshi dengan Sadu karena Sadu pernah mengkhianati Sadu. Namun Elakshi selalu berpendapat bahwa Sadu sudah berubah, Sadu tidak seperti yang orang tuanya katakan. Pranaja hanya diam sambil mendengarkan cerita panjang Elakshi. Elakshi adalah kawan yang dia kenal sejak belia. 

Setelah menunggu lima menit menu yang dipesan pun datang. Robot-robot mulai menyusun letak piring dan gelas dengan rapi di atas meja. Di kedai ini manusia hanya bertugas memasak makanan di dapur. Sebenarnya memasak bisa saja dilakukan oleh robot, namun sebagian besar kedai masih mengandalkan koki sebagai juru masaknya. Hal itu tetap dilakukan guna mempertahankan resep masakanan yang lebih berasa dan untuk mempertahankan resep dari nenek moyang. Makanan akan di antar oleh robot kedai, robot itu berbentuk mirip seperti manusia, namun dia berjalan dengan kaku. Sedangkan pemesanan dan pembayaran dilakukan melalui meja pengunjung. Sudah menjadi hal yang biasa di Kota Harsa, jika hampir seluruh kedai di Kota Harsa memiliki teknologi canggih.  

Ketika makanan sudah tersaji dengan rapi, Elakshi mempersilahkan Pranaja untuk menyantap makanannya. 

“Habiskanlah makananmu lebih dulu. Aku tahu mungkin kau di kantor terlalu sibuk hingga lupa makan.” Perintah Elakshi. 

“Kamu juga sebaiknya makan bukan hanya minum es saja. Badanmu akan sakit jika kau hanya memakan perasaan seperti itu.” Balas Pranaja memerintah. 

Elakshi hanya diam sambil sesekali menambah cerita saat Pranaja makan. Dalam hati Pranaja, dia sedikit kesal pada temannya ini. Menurut Pranaja orang tua Elakshi  benar, Sadu tidak baik menjadi pendamping hidup Elakshi. Sadu masih sesekali melakukan tindakan yang menyeleweng. Namun Elakshi seolah buta akan Sadu yang seperti itu.  
“Andai saya bisa menciptakan teknologi untuk mengetahui hati dan perasaan seseorang, pasti akan menjadi mudah.” batin Pranaja. 

“Menurutmu bagaimana Pranaja? Aku lelah kalau harus berdebat terus dengan orang rumah. Aku juga lelah jika harus terus mengawasi Sadu untuk membuktikan dia baik-baik saja. Apakah kau punya teknologi yang bisa membantuku?” tanya Elakshi mengiba. 

Pranaja kaget mendengar pertanyaan temanya itu. Dia hanya diam lalu menggeleng. Sehebat apa pun teknologi sekarang, teknologi tidak bisa mengetahui perasaan dan hati seseorang, apa lagi memaksa mengubah perasaan secara cepat. Itu menjadi hal yang mustahil bagi Teknologi. Sehebat apa pun teknologi dalam mengubah sifat seseorang, untuk mengubah perasaan seseorang membutuhkan waktu yang secepat mengirim pesan. 

Pertemuan singkat itu ditutup dengan nasihat panjang dari Pranaja yang malah dibalas kesal oleh Elakshi. Elakshi menganggap Pranaja sama seperti orang tuanya yang memojokkan Sadu. Pranaja hanya diam dan membiarkan Elkashi pergi meninggalkannya. 

“Elakshi, andai kau tahu bagaimana perasaanku kepadamu. Apakah kau bisa menerima? Dan jika sebenarnya bagaimana sifat Sadu di sana apakah bisa kau terima dengan segenap hati yang penuh cinta. Tidakkah sayang dengan dirimu wahai Elakshi.” batin Pranaja sambil memperhatikan Elakshi yang berjalan ke tempat menunggu kereta.  

Begitulah Pranaja dia begitu mencintai Elakshi perempuan yang hanya menganggap dirinya kawan bercerita. Ingin sekali Pranaja memperlihatkan sifat Sadu yang sebenarnya. Namun kesibukan membuat dia lelah untuk mengawasi Sadu secara langsung. Pranaja hanya memerintahkan anak buahnya untuk mengawasi keseharian Sadu. Minggu kemarin dia mendapatkan laporan tentang Sadu yang membuat keributan di sebuah kedai malam di pinggiran kota. Minggu ini anak buahnya sedang mengawasi Sadu yang mulai mencurigakan. Pranaja hanya berharap semoga kabar baik segera datang. 

Sepanjang perjalanan kembali ke kantornya, Pranaja terus berpikir tentang teknologi perasaan. Bagaimana cara mengetahui perasaan seseorang menggunakan teknologi. Bagaimana cara mengubah perasaan atau hati seseorang menggunakan teknologi. Menghilangkan perasaan benci menggunakan teknologi dan menumbuhkan rasa cinta menggunakan teknologi. Beragama pertanyaan muncul dalam benak Pranaja, namun sehebat apa pun teknologi perasaan tetaplah tidak bisa dipaksakan. 

Keesokan paginya, Pranaja dikagetkan oleh dengking telepon genggamnya. Ada panggilan masuk dari anak buahnya, anak buahnya mengabarkan tentang Sadu yang ditangkap pihak keamanan bandara karena menyeludupkan narkoba dalam kopernya. Perasaan Pranaja kesal sekaligus senang, sekarang dia bisa membuktikan kepada Elakshi bahwa penilaiannya dan orang tua Elakshi tidaklah salah. Sadu memang tidak pantas mendampingi Elakshi yang cantik dan baik hati itu. Pranaja juga berpikir untuk menyatakan perasaannya kepada Elakshi. Dia tidak bisa bayangkan reaksi Elakshi nantinya, namun dia juga tidak rela jika Elakshi didampingi oleh orang tidak tepat. 
“Andaikan ada teknologi perasaan, tentunya hal ini akan menjadi lebih mudah Elakshi.” bisik Pranaja menatap langit-langit kamar. 

Naya Prasenja 

2020 






No comments:

Post a Comment