Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan
puisi-puisi cinta karya Dimas Indiana Senja. Puisi-puisi berikut tercipta
antara tahun 2012-2018. Puisi-puisi berikut bisa kalian temukan dalam postingan
instagram dimas_indiana_senja.
Menurut saya puisi Mas Dimas ini menggabarkan
perjuangan pecinta. Dimana pecinta berjuang untuk menyampaikan rasa cintanya,
perasaan rindu hingga persaan keraguan dan perpisahan yang mengakibatkan luka.
Dalam karyanya juga Mas Dimas sering menggunakan
bahasa-bahasa keseharian, yang dimana bahasa tersebut mudah dimengerti oleh
para pembaca. Namun tak jarang juga menggunakan bahasa kiasan yang sangat
indah, dan membuat para pembaca berfikir puisi tersebut bercerita tentang apa.
Dari puisi-puisi berikut juga bisa diambil hikmahnya. Pada
dasarnya segala jenis perasaan itu tidak bisa menjamin selamanya. Apalagi perasaan
manusia, perasaan manusia itu mudah sekali berubah. Mungkin sekarang menggebu
untuk memperjuangkan cinta, menggebu untuk membalas rindu namun sedikit pasrah
karena tak kunjung saling bertemu. Kemudain mengarah kepada perpisahan yang mengakibatkan
luka menganga menjadi sedih dan sendu.
Perasaan cinta khususnya akan terbukti dengan
kesetiaan apabila manusia merawat cintanya sedari muda hingga tua, sedari biasa
menjadi luar biasa dan sedari bersama hingga jiwa terpisah dari raga.
Cinta hanya perasaan yang dispesialkan
Dan rindu pendukung rasa yang menyesakkan
Kemudian perpisahan akan menjadi akibat terciptanya
luka
Luka dalam keabadian akan berakibat dendam tak
berkesudahan
mencintaimu
mencintaimu
tak pernah usai
usia
rintik dan rintih yang jatuh
jatuh
dari pelukan langit
pertemukan basah dan pasrah
semetara rindu adalah dingin
bertaburan juga bertebaran
di balik
bilik paling palung
gigil dan
gigih pelukan
perlu
kita rasakan dan rayakan
(dimas indiana senja,
2017)
kharakat cinta
yah, aku
mafhum betapa idhar rindumu menjerit
seperti
yang kau pesankan lewat semilir angin
selepas
hujan menelanjangi tubuhnya
menjadi
serupa embun
lalau
bayanganmu menjelma ikhfa
menyamar
ingatan paling dalam
dan
suaramu yang idghom, mendengungkan
penantian
yang terus saja berdentuman
hatiku
gigil mengeja kharakat cinta
yang
tergaris dalam wajah semesta
dan kau,
selalu saja bertanya
“apakah
cintamu padaku sebatas saktah?”
kekasih,
telah kunadhomkan keresahan hati ini
kepada
alamat hatimu
bahwa
debar jantungku
terwaqofkan
di dadamu.
(dimas indiana senja,
2012)
ekstase rindu
basmalahku
dan fatihahmu bertemu,
lahirlah
washilah rindu
cinta
kita tarian rumi,
rindu
kita peleburan diri
kau alifku, aku lammu,
bibir semesta bertemu,
mim cinta menyatu
segala
debar menjelma mawar,
segala
kobar hilang bakar,
alhalaj
mengaji, jenar mengapsahi
cinta kita tarian rumi
langit bumi jadi saksi.
basmalahku dan fatihahmu bertemu,
kita pulang pada alastu.
(dimas indiana senja,
2015)
cinta piatu
malam
rebah di matamu
ingatan
perlahan redup
degup
waktu melempariku
kenangan
pengap dan pilu
aku ingin istirah, katamu
aku persiapkan pundak
tempat kamu menumpahkan
rasa kecewa pada jarak
yang memisahkan raga
hingga rindu beranak-pinak
kita
bersepakat dalam diam
memendam
luka dan dendam
sementara
langit kelabu
sementara
cinta piatu
(dimas indiana senja,
2018)
sebab adamu
dan
langit telap gelap
genap
membawaku pada
malam
yang asing dan bising
kulihat matamu berbinar
bersinar terang dan tenang
seperti rumah tempatku berpulang
rindu tak
bisa ditangkis
ditangisi,
diratapi, atau dihindari
sebab
adamu adalah cinta itu sendiri
(dimas indiana senja,
2017)
seumpama
seumpama
taka da sakit,
tak ada
alasan untuk kita bangkit.
seumpama
taka da rindu,
tak ada
alasan untuk kita bertemu.
seumpana
taka da sepi,
tak ada
alasan untuk kita berbagi.
seumpama taka da kamu,
seutuh aku akan sakit
disayat rindu ditikam sepi
(dimas indiana senja,
2018)
penerimaan
mencintaimu
aku terlukai
merindumu
aku terkulai
sepi menikam hari-hari
yang panjang tanpamu
waktu tiba-tiba berhenti
menyisakan ingatan pilu
aku akan
tetap ada, katamu
sebab
dekap tak harus dekat
sebab
rindu tak harus temu
sementara aku memilih
memeluk sunyi, merintih
penerimaan paling perih.
(dimas indiana senja,
2018)
pledoi rindu
kita
adalah cinta yang tepat
di waktu
yang sedikit terlambat
tak perlu sedu sedan
mencintai tak perlu sepadan
antara rindu dan pertemuan
juga jarak dan kepastian
cinta adalah
perjalanan
panjang
dan melelahkan
bukan
sekadar butuh semangat
melainkan
doa tulus dan hangat
di kejauhan aku memelukmu
di kesepian kau mengingatku
rindu tak melulu bertemu
hati kita sudah saling menyatu
(dimas indiana senja,
2018)
perpisahan sementara
dan kita
berpisah di stasiun ini
bersama
lengking kereta yang panjang dan pilu
di
lengkung alismu kulihat langit begitu sendu
kamu
memilih menjadi bangku tunggu
aku
menjelma peron tempat suka dan duka bertemu
sebab
kedatangan dan kepulangan
hanya
persoalan waktu dan keyakinan
mencintai
adalah memesan tiket menuju kerinduan
perpisahan
adalah bahasa lain dari kepasrahan
kelak,
jika almanak berpihak
kita
lanjutkan kisah dan jejak
pada
lambaian tangan dan pelukan
yang
pelan dan mengharukan
(dimas indiana senja,
2018)
riwayat luka
sebermula
adalah luka
duka
selalu ganjil
dalam
penerimaan
paling
musykil
disini aku mendoakanmu
disana kau menduakanku
mencari-cari
pembenaran
mencuri-curi
kebenaran
dari
pernyataan temu
menjelma
pertanyaan semu
segalanya telah terhapuskan
terhanguskan oleh bara
lara yang sebenarnya
tak pernah kita inginkan
(dimas indiana senja,
2018)
upacara melupakan
kepada
waktu yang memisahkan
kepada
rindu yang menyakitkan
mencintaimu adalah usaha bunuh diri
paling menakjubkan
melupakanmu adalah kegagalan
yang kuulang-ulang
dengan
puisi ini kumulai
upacara
menghapus kenangan
dan
segala kepura-puraan
(dimas indiana senja,
2018)
kenangan
aku ingin
belajar melupakan
melupakan
segala yang terendap
terendam
dalam kenangan
agar tak lagi ada sesal
sesak yang timbul
dan rimbun dalam ingatan
tentang
janji yang belum tuntas
tunas-tunas
harapan yang dulu
kau siram
dengan rindu dan sendu
(dimas indiana senja,
2017)
disini
aku sabar
di sana
kau sadar
cinta kita membunuh malam
rindu kita membunuh kelam
saling
doa dalam diam
saling
pandang dalam pejam
aku datang dengan nawaitu
kelak pulang dengan qabiltu
(dimas indiana senja,
2015)
logarasa
jika kamu
adlah cinta
masih
pentingkah puisi dan doa?
jika aku adlaah luka,
masih perlukah tanya dan air mata?
jika kamu
adalah aku,
seluka
itukah cinta?
(dimas indiana senja,
2015)
hujan bulan november
seperti
hujan kau hujam
aku
dengan pernyataan
pertanyaan
tentang waktu
dingin dan ingin mengekalkan
pertemuan pertempuran
antara basah dan resah
di atas
jalanan jalinan
kasih
menguap mengucap
kesediaan
juga kesetiaan
(dimas indiana senja,
2017)
lovember
ke mana
aku musti
cerita
dan ceriakan
hari
indah bersamamu?
nun di sebalik sebaik
sikapmu dan siapmu
ada cinta cita kau-aku
kelak
kita tanam taman
tak
bernama, bersama
arungi
arus waktu
(dimas indiana senja,
2017)
movember
ini kali
kesepian kesekian
aku
dikalahkan perasaan
perasaan
yang terbuang
luka dan liku jalan
sepanjang menunggu
malam penantian dan penentuan
janji
yang diabaikan dan
diabadikan
airmata
mataair
nestapa
(dimas indana senja, 2017)