Review novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah adalah novel
ditulis oleh Tere Liye sekitar tahun 2012.
Synopsis novelnya adalah berikut ini:
“Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh
saja dari mereka pernah jatuh cinta, setidaknya akan nada satu miliar lebih
cerita cinta. Akan ada setidaknya lima kali dalam setiap detik, 300 kali dalam
semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam,
seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar,
malu-malu menyatakan perasaanya…..”
Novel ini menurut saya merupakan novel yang sangat
menarik, dimana saya bisa membacanya lebih dari tiga kali. Pada novel ini
penulis tidak menceriterakan tentang cinta. Penulis juga menceriterakan banyak
hubungan yang tidak hanya cinta.
Banyak hubungan diceritakan pada novel ini, seperti
berikut ini:
1. Hubungan anak dan orang tuanya yang saling percaya dan
tidak mengecewakan
2. Hubungan antar tetangga yang sangat erat, selalu
saling bantu membantu
3. Hubungan antar teman seprofesi, saling bahu membahu,
saling semangat-menyemangati, dan saling mencari solusi dalam permasalahan
4. Hubungan antar dua sahabat yang berani saling menjatuhkan
dan membangunkan secara terus terang
5. Hubungan pemikiran seorang pemuda dan bujang tua lapuk
yang senang berdiskusi tentang cinta dan cita
6. Hubungan antara dua hati yang saling memendam rasa
cinta, dan memiliki banyak rahasia pilu pada salah satu hati
7. Hubungan balas budi yang sudah dilupakan oleh
sipemberi budi namun masih diingat oleh penerima budi.
Banyak sekali hubungan yang dibahas pada novel ini.
Hal ini menandakan hidup di dunia ini tidak melulu hubungan tentang cinta
tetapi banyak hal. Banyak hal tidak disadari berlangsung di kehidupan kita
dalam sehari-hari.
Dalam novel ini penulis meceritakan pemuda berhati
lurus di sepanjang tepian Kapuas. Dia adalah Borno pemuda lulusan SMA yang
sudah bekerja diberbagai bidang namun tidak menyerah. Hingga akhirnya dia
menjadi pengemudi sepit di sungai Kapuas, dengan bantuan para tetangga di
tepian Kapuas.
Setelah Borno mendapatkan ploco dan resmi menjadi
pengemudi sepit di dermaga tersebut, Borno bertemu dengan Mei si sendu menawan.
Pertemuan pertama di atas sepit dan meninggalkan sepucuk angpau merah. Mei
adalah mahasiswa magang di salah satu sekolah di seberang sungai Kapuas. Mei,
wanita yang menjadi alasan Borno untuk memposisikan urutan sepit menjadi tiga
belas, agar Mei menjadi salah satu penumpang sepitnya.
Pertemuan di atas sepit terus berlanjut hari demi hari.
Borno rela menunggu 23 jam 45 menit demi bertemu si sendu menawanya di atas
sepit selama 15 menit. Hubungan mereka hanya sebatas di atas sepit selama 15
menit. Namun Borno bahagia, hingga Mei berhenti magang sesuai jadwal dan
kembali ke Surabaya.
Bagaimana hari-hari Borno selanjutnya? Pilu, merana
dan selalu bertanya apa kabar Mei.
Apakah Borno bertemu lagi dengan Mei? Tentu saja
mereka bertemu, mereka masih sempat bertemu, tidak di Pontianak namun di
Surabaya di ruang tunggu klinik alternative.
Berawal dari Pak Tua yang jatuh sakit, dan harus melakukan pengobatan
alternative di Surabaya. Mei yang memang tinggal di Surabaya bersama keluarga
besarnya, pada hari yang sama megantarkan omahnya ke klinik yang sama.
Borno kaget bukan kepalang, karena selama di klinik
dia sibuk dengan gagang telepon menghubungi Mei dengan mencari nomor telpon
rumah Mei dari buku telepon yang ada di klinik tersebut. Pada saat kesekian
kalinya nomor yang dia telpon bukan nomor telpon rumah Mei, tiba-tiba suara Mei
ada dibelakangnya. Mereka bertemu di Surabaya, lalu beranjang sana bersama Pak
Tua, yang pada dasarnya memahami sifat mereka berdua. Hingga akhirnya Pak Tua
memutuskan mengajak mereka ke kediaman kerabat Pak Tua yang sudah lama tidak
bertemu. Si Fulan dan Fulani, pasanagn tuna netra yang saling menjaga dari
belia hingga tua.
Di Surabaya akhirnya Borno bertemu dengan Papah Mei,
Borno yang bermaksud mengantarkan Mei pulang setelah berkunjung dari kediaman
Si Fulan dan Fulani. Borno yang sedang menunggu Mei mengambilakan baju untuk
mengganti pakaian yang basah karena kehujanan, akhirnya bercakap dengan Papah
Mei. Percakapan pendek namun mengandung arti yang dalam untuk Borno. Hingga
akhirnya Borno dan Pak Tua pulang ke Pontianak, karena pengobatan Pak Tua sudah
selesai.
Kejutan, Mei kembali lagi ke Surabaya setelah
berbulan-bulan Borno dirundung rindu. Mei memutuskan menerima tawaran kepala
sekolah tempat dia magang untuk mengajar disana. Sejak Mei memutuskan mengajar
di Pontianak, Mei merasa semakin dia
dekat dengan Borno. Namun pada saat yang bersamaan juga Mei merasa semakin
dia menyakiti Borno. Ya, Mei menyimpan rahasia besar Borno. Rahasia kematian
Ayah Borno, Mei tahu persis kejadian itu, ssetelah membaca dengan seksama buku
harian peninggalan Mama Mei.
Kemudian pertemuan-pertemuan mereka menjadikan semakin
canggung. Borno yang memang tidak tahu menahu mengapa Mei berubah, membuat dia
bertanya-tanya kepada Pak Tua. Pak Tua sibuk menasehatinya perihal cinta, dan
Andi menjadi sibuk menggoda sahabatnya
yang dirundung pilu. Pertemuan yang menjadikan Bibi penjaga rumah besar Mei di
Pontianak bolak balik mengantarkan pesan Mei kepada Borno, lalu mengantar surat
dari Borno yang tertulis di selembaran nota pembelian barang bengkel Borno.
Hingga banyak kejadian dalam keseharian kehidupan
Borno berubah. Ya, Borno tidak hanya menjadi tukang sepit di dermaga. Dia juga
menjadi pesuruh Cik Tulani untuk mengantarkan makanan kepada Pak Tua, menjadi
seperti anak kecil disuruh Ibunya untuk belanja di warung Koh Acong. Borno yang
masih saja mau diteriaki ole Bang Togar. Hingga dia akhirnya bisa membuka
bengkel dan berkongsi dengan Bapak Andi.
Apakah cerita sampai disini? Tidak cerita masih
berlanjut. Dengan adanya sosok baru dalam kehidupan Borno, dokter Sarah. Sarah
dan keluarganya yang merasa sangat berhutang budi pada keluarga Borno,
sepeninggal Ayah Borno. Sarah kecil pertama bertemu dengan Borno kecil di
lorong rumah sakit. Waktu dimana Borno kehilangan ayahnya. Sarah merasa
beruntung setelah sekian tahun dia mencari keluarga Borno untuk membalas budi,
akhirnya bertemu. Sarah bertemu Borno yang sedang dirundung banyak pertanyaan
karena Mei berhenti menemuinya, berhenti sebagai penumpang sepitnya. Sarah yang
sebenarnya sahabat Mei sedari kecil hingga dia kembali bertemu Borno.
Lalu bagaimana kisah Borno dan Mei, kisah mereka masih
berlanjut hingga rahasia besar diketahui oleh Borno. Rahasia yang tersampaikan
lewat surat berangpau merah yang Borno temukan di atas sepit saat pertemuan
pertamanya dengan Mei. Bertahun-tahun berlalu namun surat itu tak kunjung
dibaca oleh Borno, hingga Bibi Mei datang Borno. Bibi Mei menunggu kepulangan
Borno dari bertamasya bersama Pak Tua, Andi, Ibu Borno dan juga Sarah.
Bibi Mei menceritakan perihal surat berangpau merah.
Selama ini Borno mengira angpao merah itu hanya angapu yang biasa Mei bagikan
pada perayaan imlek, tidak penting. Namun Borno masih menyimpannya, dan
setibanya di rumah Borno langsung membacanya. Rahasia besar terungkap dari
tulisan tangan dalam surat berangpau merah.
Apakah Borno menemui Mei, atau malah membenci Mei?
Lalu bagaimanakah hubungan Borno dengan dokter Sarah.
Langsung aja baca novelnya ya, karena dari situ kalian
akan tahu, bagaimana penerimaan cinta yang sesungguhnya melalui kalimat bijak
Pak Tua.
Dalam novel ini, saya sangat menyukai bagian ketika
tokoh utama yaitu Borno yang sedang dirundung rindu karena tak kunjung temu
dengan si sendu menawannya yaitu Mei, ditipu oleh sahabatnya sendiri yaitu
Andi. Andi mendatangi Borno yang masih bersarung dan mengatakan bahwa si sendu
menawannya Mei ada di dermaga sepit Kapuas sedang membagikan angpau. Maka pontang
pantinglah Borno, merapikan diri secepat kilat menyalakan dan menjalankan
sepitnya dari kolong rumah. Namun setibanya Borno di dermaga, tidak ada Mei,
tidak ada pembagian angpau yang ada hanya Bapak Andi dan keluarga besan yang
berasal dari Serawak.
Andi berani menjebak Borno yang masih dirundung pilu
karena rindu, demi mengatarkan keluarga besan Bapaknya untuk beranjang sana
menggunakan sepitnya.
Cerita pada sub judul Teman Sejati di halaman 252-263
menceritakan hubungan antar 2 sahabat. Andi berani menipu Borno supaya dia
tidak kena marah Bapaknya, namun dari situ maka Borno tidak terus-terus
bermuram durja di rumahnya sepanjang hari. Walau setelah kejadian itu Andi
harus menghadapi amarah Borno di kediaman Pak Tua.