Tuesday, September 8, 2020

Review Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah by Tere Liye

0 comments


 

Review novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

 

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah adalah novel ditulis oleh Tere Liye sekitar tahun 2012.

Synopsis novelnya adalah berikut ini:

“Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, setidaknya akan nada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya lima kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaanya…..”

Novel ini menurut saya merupakan novel yang sangat menarik, dimana saya bisa membacanya lebih dari tiga kali. Pada novel ini penulis tidak menceriterakan tentang cinta. Penulis juga menceriterakan banyak hubungan yang tidak hanya cinta.

Banyak hubungan diceritakan pada novel ini, seperti berikut ini:

1.     Hubungan anak dan orang tuanya yang saling percaya dan tidak mengecewakan

2.    Hubungan antar tetangga yang sangat erat, selalu saling bantu membantu

3.    Hubungan antar teman seprofesi, saling bahu membahu, saling semangat-menyemangati, dan saling mencari solusi dalam permasalahan

4.    Hubungan antar dua sahabat yang berani saling menjatuhkan dan membangunkan secara terus terang

5.    Hubungan pemikiran seorang pemuda dan bujang tua lapuk yang senang berdiskusi tentang cinta dan cita

6.    Hubungan antara dua hati yang saling memendam rasa cinta, dan memiliki banyak rahasia pilu pada salah satu hati

7.    Hubungan balas budi yang sudah dilupakan oleh sipemberi budi namun masih diingat oleh penerima budi.

Banyak sekali hubungan yang dibahas pada novel ini. Hal ini menandakan hidup di dunia ini tidak melulu hubungan tentang cinta tetapi banyak hal. Banyak hal tidak disadari berlangsung di kehidupan kita dalam sehari-hari.

Dalam novel ini penulis meceritakan pemuda berhati lurus di sepanjang tepian Kapuas. Dia adalah Borno pemuda lulusan SMA yang sudah bekerja diberbagai bidang namun tidak menyerah. Hingga akhirnya dia menjadi pengemudi sepit di sungai Kapuas, dengan bantuan para tetangga di tepian Kapuas.

Setelah Borno mendapatkan ploco dan resmi menjadi pengemudi sepit di dermaga tersebut, Borno bertemu dengan Mei si sendu menawan. Pertemuan pertama di atas sepit dan meninggalkan sepucuk angpau merah. Mei adalah mahasiswa magang di salah satu sekolah di seberang sungai Kapuas. Mei, wanita yang menjadi alasan Borno untuk memposisikan urutan sepit menjadi tiga belas, agar Mei menjadi salah satu penumpang sepitnya.

Pertemuan di atas sepit terus berlanjut hari demi hari. Borno rela menunggu 23 jam 45 menit demi bertemu si sendu menawanya di atas sepit selama 15 menit. Hubungan mereka hanya sebatas di atas sepit selama 15 menit. Namun Borno bahagia, hingga Mei berhenti magang sesuai jadwal dan kembali ke Surabaya.

Bagaimana hari-hari Borno selanjutnya? Pilu, merana dan selalu bertanya apa kabar Mei.

Apakah Borno bertemu lagi dengan Mei? Tentu saja mereka bertemu, mereka masih sempat bertemu, tidak di Pontianak namun di Surabaya di ruang tunggu klinik alternative.  Berawal dari Pak Tua yang jatuh sakit, dan harus melakukan pengobatan alternative di Surabaya. Mei yang memang tinggal di Surabaya bersama keluarga besarnya, pada hari yang sama megantarkan omahnya ke klinik yang sama.

Borno kaget bukan kepalang, karena selama di klinik dia sibuk dengan gagang telepon menghubungi Mei dengan mencari nomor telpon rumah Mei dari buku telepon yang ada di klinik tersebut. Pada saat kesekian kalinya nomor yang dia telpon bukan nomor telpon rumah Mei, tiba-tiba suara Mei ada dibelakangnya. Mereka bertemu di Surabaya, lalu beranjang sana bersama Pak Tua, yang pada dasarnya memahami sifat mereka berdua. Hingga akhirnya Pak Tua memutuskan mengajak mereka ke kediaman kerabat Pak Tua yang sudah lama tidak bertemu. Si Fulan dan Fulani, pasanagn tuna netra yang saling menjaga dari belia hingga tua.

Di Surabaya akhirnya Borno bertemu dengan Papah Mei, Borno yang bermaksud mengantarkan Mei pulang setelah berkunjung dari kediaman Si Fulan dan Fulani. Borno yang sedang menunggu Mei mengambilakan baju untuk mengganti pakaian yang basah karena kehujanan, akhirnya bercakap dengan Papah Mei. Percakapan pendek namun mengandung arti yang dalam untuk Borno. Hingga akhirnya Borno dan Pak Tua pulang ke Pontianak, karena pengobatan Pak Tua sudah selesai.

Kejutan, Mei kembali lagi ke Surabaya setelah berbulan-bulan Borno dirundung rindu. Mei memutuskan menerima tawaran kepala sekolah tempat dia magang untuk mengajar disana. Sejak Mei memutuskan mengajar di Pontianak, Mei merasa semakin dia  dekat dengan Borno. Namun pada saat yang bersamaan juga Mei merasa semakin dia menyakiti Borno. Ya, Mei menyimpan rahasia besar Borno. Rahasia kematian Ayah Borno, Mei tahu persis kejadian itu, ssetelah membaca dengan seksama buku harian peninggalan Mama Mei.

Kemudian pertemuan-pertemuan mereka menjadikan semakin canggung. Borno yang memang tidak tahu menahu mengapa Mei berubah, membuat dia bertanya-tanya kepada Pak Tua. Pak Tua sibuk menasehatinya perihal cinta, dan Andi  menjadi sibuk menggoda sahabatnya yang dirundung pilu. Pertemuan yang menjadikan Bibi penjaga rumah besar Mei di Pontianak bolak balik mengantarkan pesan Mei kepada Borno, lalu mengantar surat dari Borno yang tertulis di selembaran nota pembelian barang bengkel Borno.

Hingga banyak kejadian dalam keseharian kehidupan Borno berubah. Ya, Borno tidak hanya menjadi tukang sepit di dermaga. Dia juga menjadi pesuruh Cik Tulani untuk mengantarkan makanan kepada Pak Tua, menjadi seperti anak kecil disuruh Ibunya untuk belanja di warung Koh Acong. Borno yang masih saja mau diteriaki ole Bang Togar. Hingga dia akhirnya bisa membuka bengkel dan berkongsi dengan Bapak Andi.

Apakah cerita sampai disini? Tidak cerita masih berlanjut. Dengan adanya sosok baru dalam kehidupan Borno, dokter Sarah. Sarah dan keluarganya yang merasa sangat berhutang budi pada keluarga Borno, sepeninggal Ayah Borno. Sarah kecil pertama bertemu dengan Borno kecil di lorong rumah sakit. Waktu dimana Borno kehilangan ayahnya. Sarah merasa beruntung setelah sekian tahun dia mencari keluarga Borno untuk membalas budi, akhirnya bertemu. Sarah bertemu Borno yang sedang dirundung banyak pertanyaan karena Mei berhenti menemuinya, berhenti sebagai penumpang sepitnya. Sarah yang sebenarnya sahabat Mei sedari kecil hingga dia kembali bertemu Borno.

Lalu bagaimana kisah Borno dan Mei, kisah mereka masih berlanjut hingga rahasia besar diketahui oleh Borno. Rahasia yang tersampaikan lewat surat berangpau merah yang Borno temukan di atas sepit saat pertemuan pertamanya dengan Mei. Bertahun-tahun berlalu namun surat itu tak kunjung dibaca oleh Borno, hingga Bibi Mei datang Borno. Bibi Mei menunggu kepulangan Borno dari bertamasya bersama Pak Tua, Andi, Ibu Borno dan juga Sarah.

Bibi Mei menceritakan perihal surat berangpau merah. Selama ini Borno mengira angpao merah itu hanya angapu yang biasa Mei bagikan pada perayaan imlek, tidak penting. Namun Borno masih menyimpannya, dan setibanya di rumah Borno langsung membacanya. Rahasia besar terungkap dari tulisan tangan dalam surat berangpau merah.

Apakah Borno menemui Mei, atau malah membenci Mei?

Lalu bagaimanakah hubungan Borno dengan dokter Sarah.

Langsung aja baca novelnya ya, karena dari situ kalian akan tahu, bagaimana penerimaan cinta yang sesungguhnya melalui kalimat bijak Pak Tua.

Dalam novel ini, saya sangat menyukai bagian ketika tokoh utama yaitu Borno yang sedang dirundung rindu karena tak kunjung temu dengan si sendu menawannya yaitu Mei, ditipu oleh sahabatnya sendiri yaitu Andi. Andi mendatangi Borno yang masih bersarung dan mengatakan bahwa si sendu menawannya Mei ada di dermaga sepit Kapuas sedang membagikan angpau. Maka pontang pantinglah Borno, merapikan diri secepat kilat menyalakan dan menjalankan sepitnya dari kolong rumah. Namun setibanya Borno di dermaga, tidak ada Mei, tidak ada pembagian angpau yang ada hanya Bapak Andi dan keluarga besan yang berasal dari Serawak.

Andi berani menjebak Borno yang masih dirundung pilu karena rindu, demi mengatarkan keluarga besan Bapaknya untuk beranjang sana menggunakan sepitnya.

Cerita pada sub judul Teman Sejati di halaman 252-263 menceritakan hubungan antar 2 sahabat. Andi berani menipu Borno supaya dia tidak kena marah Bapaknya, namun dari situ maka Borno tidak terus-terus bermuram durja di rumahnya sepanjang hari. Walau setelah kejadian itu Andi harus menghadapi amarah Borno di kediaman Pak Tua.

 

No comments:

Post a Comment