Monday, January 4, 2021

Aku Dalam Pilihanmu

0 comments

Aku Dalam Pilihanmu 

by Naya Prasenja

 

Selamat pagi.  
Selamat pagi, dari hati yang pernah kau bahagiakan dan untuk kemudian kau tinggalkan dan sesakkan. 

Selamat pagi, tersampaikan kepada para pejuang perasaan, kebahagiaan dan penuh pengharapan. 

Terlalu banyak sapaan jika harus aku aksarakan, maka cukup kusampaikan selamat pagi beserta seberkas cahaya pagi yang menghangatkan. Semoga menjadi akrab dan menghangatkan. 

Sudah begitu banyak perjalanan terlalui. Perjalanan yang kulalui dengan diriku sendiri dan perjalanan yang terlalui dengan dirimu, dulu. 

Indah? Iya itu benar 

Menyenangkan? Iya itu juga benar 

Hingga menumbuhkan rasa senang tak berkesudahan untuk diriku, namun apa kau juga begitu? Merasakan apa yang kurasakan? 

Hari-hari kita lalui bersama. Memang kita tidak selalu melalui hari bersama secara fisik. Namun kita selalu melalui hari bersama dengan berbagai cara. 

Kadang kita melalui hari bersama secara fisik, membuat pertemuan berlanjut melakukan perjalanan. 

Kita juga pernah melalui hari bersama hanya melalui pesan, bertanya apa kabar, berbagi aksara   menanyakan apa yang dilakukan. 

Tak jarang pula kita lalui hari dengan berbagi cerita. Berbagi cerita melalui suara dan gambar. 

Kita memang sudah seharusnya mengucapkan terima kasih  kepada teknologi. Menjadikan kita terasa dekat walau jarak begitu jauh. Menjadikan kita merasa selalu ada walau rentetan pekerjaan menyebutkan kita sebagai orang sibuk.  

Iya, begitu banyak hari kulalui bersamamu. Hingga aku merasa hariku dan harimu menjadi begitu akrab. Hingga aku merasa, aku senang bersamamu. Dan aku merasa merana jika tak satu pesan pun kuterima dari dirimu. 

Aku senang aksaraku terbaca dan terbalas olehmu, dan aksaramu terbaca dan terbalas olehku. 

Aku senang berbagi cerita melalui riuh suara bersamamu. 

Aku juga senang saat kita membuat pertemuan dan melanjutkan perjalanan. Sungguh aku senang akan hal-hal yang pernah kita lalui bersama. Tapi kita ini apa? 

Kita ini apa? 

Aku ini siapamu? 

Dan kau itu siapanya aku? 

Kita saling berbagi kebahagiaan, keceriaan, kesedihan, pengharapan. 

Apakah kita hanya teman? 

Kurasa kita lebih dari itu. Kita bersama tanpa kepastian. Kita berhubungan tanpa ikatan. 

Aku pun berpikir dan mempertanyakan kepadamu. 

Aku ingat sekali jawabmu waktu itu. Katamu kita jalani saja, dan saling membahagiakan. 

Jalani saja tanpa komitmen, jelas kau tak bisa. Aku bukan orang yang bisa menjalani hubungan tanpa ikatan, kepastian apalagi tanpa komitmen. 

Sejak saat itu maka aku memutuskan, lebih baik kita sampai di sini. Hubungan kita tanpa ikatan cukup sampai di sini. Waktu itu kau hanya diam lalu menghilang. 

Jauh sebelum aku memutuskan sudah aku pastikan, aku akan mengabaikan segala perasaan yang hadir setelah kita tak lagi saling berbagi pesan, cerita dan tak melalui hari bersama.   

Hari-hari menyesakkan hati kulalui sendiri. Dan hatiku semakin sesak, ketika sepucuk undangan terkirimkan olehmu. 

Hatiku bukan merasa sesak karena bukan namaku yang bersanding denganmu dalam undangan itu. 

Bukan juga sesak karena kau lebih dulu mengirimkan undangan dibanding aku. Sungguh bukan, karena aku sungguh tidak mau tergesa dalam ibadah panjang yang dimulai dari kursi pelaminan. 

Hatiku sesak karena baru beberapa hari lalu aku menanyakan tentang ikatan kita, yang kau jawab jalani saja. 

Kini aku mengerti mengapa kau tak kunjung memberi kepastian hubungan kita. Karena kau bingung menyandingkan aku atau dia dalam hidupmu. Dan Tuhan selalu memberikan yang terbaik kepada hidup setiap orang. 

Sepucuk undanganmu kubalas dengan kedatanganku. Kupasang raut wajah tak apa-apa dan terkesan bahagia, walau hati masih sesak dan meronta. Kenapa kau harus melibatkan aku dalam pilihanmu, yang pada akhirnya tidak kau sandingkan aku denganmu.  

Aku hanya berharap Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupku. Aku juga berharap semoga kau bahagia melalui hari-harimu dengan dia. Satu hal yang aku inginkan dari dirimu setelah segala yang menyesakkan hatiku, kita akan tetap menjadi kawan walau tak bersanding di pelaminan.  



No comments:

Post a Comment